Minggu, 15 April 2012

ILMU STREES

1.   PENDAHULUAN
       Pertama-tama Apa yang dimaksud dengan Stress ? Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ada 2 pengertian stress:
(1)  Gangguan atau kekacauan mental dan emosional
(2)  Tekanan.  Secara teknis psikologik, stress didefinisikan sebagai Suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan.
 ~ Stress is an adaptive response to a  situation that is perceived as
challenging or threatening to the person’s well-being .
Jadi stress merupakan suatu respon fisiologik  ataupun perilaku terhadap ‘stressor ‘ ~ hal yang dipandang sebagai menyebabkan cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis), baik internal maupun eksternal  Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas bahwa stress bersifat subjektifm sesuai perspsi orang yang memandangnya.  Dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi seseorang belum tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain.

 Di sisi lain, ‘stressor’  adalah Sumber yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang memberi tekanan/cekaman terhadap keseimbangan diri mereka. Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu : 
1.  Lingkungan ~ lingkungan kehidupan memberi  berbagai tuntutan penyesuaian diri, seperti antara lain 
-   Cuaca, kebisingan, kepadatan,
-   Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman
dan harga diri
- Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dengan perubahan keluarga
2.   Fisiologik  ~  dari tubuh kita
   -   Perubahan kondisi tubuh: masa remaja; haid, hamil, meno/andropause, proses menua,  kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur >tekanan terhadap tubuh
   -  Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan  mengakibatkan  perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.
3.  Pikiran kita ~  pemaknaan diri dan lingkungan
     Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna/label pada pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita relax atau stress.

Menurut Selye (1984) , stress bisa dibedakan atas dasar sifat stressornya,  apakah peristiwa negative, disebut ’distress’;  tetapi bisa juga stress diakibatkan peristiwa positif, misalnya tiba-tiba mendengar mendapat undian, atau hadiah besar yang tak terduga, dalam hal ini stressnya disebut ‘Eustress’ 
            Lebih lanjut, sumber stressor tersebut bisa dibedakan dalam 3 bagian berdasarkan peluang penanganannya, yakni :   Pertama,  Stressor yang penanganannya hanya membutuhkan  sedikit upaya seperti misalnya kebiasaan belajar;  waktu bangun pagi, diet, dst dimana upaya menanganinya dengan cara memgubah kebiasaan, membiasakan kebiasaan baru, maka  dalam waktu satu-dua minggu dapat berubah.  Kedua, Stressor yang untuk menanganinya membutuhkan  upaya yang lebih sungguh-sungguh, seperti contohnya  soal kepercayaan diri, persoalan hubungan,dst, dimana diperlukan bantuan teknikal untuk menanganinya, seperti ‘percakapan kalbu’, skill komunikasi, manajemen konflik, dst. Ketiga, stressor yang memang tidak dapat ditangani sepeti kematian orang yang dikasihi. Maka penanganannya, perlu belajar berdamai dengan diri menerima kenyataan tersebut, lalu diatasi dengan relaksasi, dan upaya spiritual.

Secara fisiologis ada 3 tahap penyesuaian dilakukan tubuh , sering disebut   GAS (General Adaptation Syndrome), yaitu :
Tahap pertama, tahap siaga ( alarm stage ) terjadi saat mulai terasa sengatan cekaman, biasanya muncul rekasi darurat, ’fight or flight’.;
Tahap kedua, tahap perlawanan  ( resistance stage) , pada tahap ini tidak seheboh tahap pertama, tetapi reaksi hormonal tubuh masih tinggi, secara nyata orang ini melakukan upaya penanganan , bisa  ’coping’ bisa juga  ’fighting’  .  Apabila stressor bisa ditiadakan, maka tubuh akan kembali ke keadaan normal.
Tahap ketiga, tahap kepayahan – Exhauste Individu tidak lagi memberikan respos stress karena kepayahan, kehabisan energi. Kondisi ini agak berbahaya karena tubuh yang mengalamai banyak goncangan keseimbangan men- d stage

3. Indikasi/gejala stress
       Bagaimana kita mengetahui apakah kita berada dalam keadaan stress atau tidak ? Apa gejalanya?  Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu :
            (a)  gejala fisiologik , antara lain :
denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat dingin),
pernafasan  terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur,
gangguan lambung, dst
            (b) gejala psikologik , antara lain :
resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputus                       
an, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb
            (c ) Tingkah laku, antara lain :
berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, ticks, 
Gemetaran, berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).

4. Dampak akibat stress
 Apakah dampak stress? Sebagaimana terlihat pada diagram 01, dampak stress dibedakan dalam 3 kategori, dampak Fisiologik, dampakpsikologik dan dampak perilaku~ behavioral

4.1  Dampak Fisiologik :
       Secara umum  orang yang mengalami stress  mengalami sejumlah gangguan fisik seperti : mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst. 
 Secara rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut :
       (a)  Gangguan pada organ tubuh >>> hiperaktif dalam salah satu sistem ttt.
               -  muscle myopathy        >>> otot tertentu mengencang/melemah
               -  tekanan darah naik      >>> kerusakan jantung dan arteri
               -  sistem pencernaan       >>> mag, diarhea

       (b)  Gangguan pada sistem reproduksi
               -  amenorhea   >> tertahannya menstruasi
               -  kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi                            semen pada pria
               -  kehilangan gairah sex
 
       (c ) Gangguan pada sistem pernafasan
               - asthma, bronchitis

       (d)  Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dst

 4.2  Dampak Psikologik:
  Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya
peran sentral bagi terjadinya ‘burn – out’ 
  Terjadi ‘depersonalisasi’ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring
dengan kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan
yang bersangkutan memperlakuan orang  lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang
‘sesorang’
  Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun,  sehingga berakibat pula
menurunnya rasa kompeten & rasa sukses 

4.3 Dampak Perilaku
  Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi
tingkah laku yang tidak berterima oleh masyarakat 
  Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan meng-
ingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
  Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak membolos
atau tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. 

5.  Strategi Menangani Stress
     5.1  Strategi Pencegahan :
       Untuk mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis. 
  Lapis pertama ~  primary prevention, dengan cara merubah cara kita melaku
kan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misal-
nya : skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skill
mengorganisasikan, menata, dst.
  Lapis kedua ~ Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi, istira
hat , meditasi, dst.
  Lapis ketiga ~  Tertiary prevention,  strateginya kita menangani
dampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta bantuan
jaringan supportive ( social-network) ataupun bantuan profesional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar